Rabu, 21 Agustus 2013

Busana Muslim Ini Terinspirasi Suku Dayak Borneo

Meski sudah memiliki empat label busana; Itang Yunasz, Tatum, Preview, dan Marrakech; perancang senior Itang Yunasz masih terus berkarya dan memberikan kontribusi pada dunia fashion Indonesia. 

Tahun ini dia meluncurkan ulang tahun pertama label busana kelima miliknya, Kamilaa. Kamilaa merupakan lini busana sekunder (second line) yang ditujukan untuk perempuan aktif yang ingin tampil modis, nyaman, dan santun, seperti busana muslim.

Sejak tahun 2000, Itang memang lebih banyak mendesain busana muslim. Sejak saat itu namanya dikenal sebagai salah satu desainer busana muslim yang up to date. Busana tertutup dan santun kini menjadi ciri khasnya.
Koleksi busana ini memang mengadaptasi gaya bohemian dan cutting baju yang longgar. Beberapa menggunakan aksen gembung di bagian tangan. Busana kaftan, tunik, celana harem, dan legging, menjadi item yang banyak ditemukan pada koleksinya. Baju-baju tersebut umumnya memakai bahan jersey, katun, katun polyester, dan sifon.

Tahun lalu label ini berjaya dengan motif cetak tenun Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat. Kali ini Itang menghadirkan motif dari suku Dayak di Tanah Borneo.
Motif Tribal dari pedalaman Kalimantan meski terlihat sangat sederhana namun sesungguhnya kaya unsur geometris yang tiada habis untuk dikembangkan.
Selain motif geometris Dayak yang diaplikasika dengan teknik cetak di atas beragam bahan, Itang juga menerapkan motif Manggarai dari Nusa Tenggara. Tampaknya Itang juga menyajikan ragam busana ini yang dihadirkan dalam satu warna utuh dan polos, permainan gradasi warna, sampai permainan motif garis yang berbeda warna. Beberapa koleksinya tampil dengan aksen payet maupun mote, meskipun tidak terlalu ramai. 

Menurutnya, koleksi ini sangat universal, dalam arti bisa digunakan langsung, dipadupadankan, maupun dikreasikan dengan busana tertutup untuk perempuan yang berkerudung. Atau bisa juga dikenakan secara tunggal dan dipadupadankan dengan celana pantalon atau celana panjang berpipa lurus, celana capri hingga legging. Lalu rok lurus dan melebar. Banyak juga yan non muslim mengenakan koleksi ini.

Dia mengatakan koleksi Kamilaa ditawarkan dengan harga yang cukup terjangkau, berkisar Rp 179.000 sampai Rp 500.000 untuk setiap potong. 

Kamis, 15 Agustus 2013

DAYAK STYLE

DAYAK  STYLE

"DAYAK" 5 HURUF SEDERHANA NAMUN MEMILIKI NILAI SENI YANG TINGGI
 

RUMAH PANJANG SAMALANTAN

Hai teman-teman semua, kali ini saya akan membahas dan bercerita sedikit tentang adat DAYAK di kecamatan Samalantan, di mana di tempat ini budaya dayak itu masih sangat kental, hanya saja acara beSAM-SAMnya sudah tidak ada lagi. Hanya ada di kampung pedalaman contoh : di Pasukayu, Godangdamar dan Kandang.
Satu tempat paling menarik di Samalantan adalah rumah panjang, tempatnya tidak jauh dari Tugu Pancasila.
 Hutannya masih kelihatan hijau dan segar, sangat terawat
Namun sedikit demi sedikit orang yang tidak bertanggung jawab mulai masuk dan merusak lingkungan yang ada di Samalantan
Seperti membuat dompeng, kebun sawit

Jumat, 02 Agustus 2013

ASET TERBESAR KALIMANTAN

Alat musik tradisional Sampe atau Sape', yang berasal dari Kalimantan (Borneo) Indonesia ini adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik, alat musik ini adalah alat musik khas Borneo yang biasa dimainkan oleh suku Dayak, bentuk alat musik ini seperti alat musik gitar, namun pada sape' atau sampe sendiri terbuat dari kayu dan terdapat ornamen, hiasan khas suku Dayak. 
Sejarah
Do you know? Arti Sampe dalam bahasa lokal dayak sendiri dapat diartikan "Memetik dengan jari", namun penamaan alat musik ini ternyata berbeda - beda dengan di tiap - tiap sub etnis yang ada dikalimantan. Nama sampe (sampe’) digunakan oleh orang-orang suku Dayak Kenyah, orang-orang suku Dayak Bahau dan Kanyaan menyebutnya dengan nama sape (sape’), suku Dayak Modang mengenal alat musik ini sebagai sempe, sedangkan orang-orang Dayak Tunjung dan Banua menamainya dengan sebutan kecapai’ (Tim Peneliti, 1993:42). Penyebutan terakhir, yakni kecapai’, semakin memberikan gambaran yang sedikit lebih jelas mengenai seperti apa sebenarnya wujud alat musik petik ini. Kata kecapai’ nyaris mirip dengan kecapi, alat musik petik dari Jawa Barat, yang tampaknya lebih sering didengar oleh masyarakat pada umumnya. Dari segi bentuk, alat musik petik yang menyerupai sampe adalah hapetan, alat musik khas Batak dari Tapanuli (Sumatra Utara) dan  jungga yang dimainkan oleh orang - orang rumpun Melayu dari Sulawesi Selatan (http://sukolaras.wordpress.com).
Meski sama-sama berjenis alat musik petik, namun sampe atau sape' agak berbeda dengan gitar dalam cara memainkannya. Dalam memainkan gitar harus menggunakan satu tangan saja untuk memetik senar, sedangkan tangan lainnya difungsikan untuk mengatur nada (kunci) pada dawai (senar) yang terdapat pada gagang gitar. Lain halnya dengan sampe di mana alat musik ini dapat dimainkan justru dengan jari-jari dari kedua belah tangan. Bedanya lagi, apabila gitar pada umumnya memiliki 6 (enam) senar, pada sampe biasanya hanya terdapat 3 (tiga) senar meskipun ada juga sape' yang bersenar 4 (empat) dan seterusnya. Dulu, dawai sape' menggunakan tali dari serat pohon enau (sejenis pohon aren), namun kini sudah memakai kawat kecil sebagai dawainya. Pada bagian kepala sape' (ujung gagang), dipasang hiasan ukiran yang menggambarkan taring-taring dan kepala burung enggang. Burung yang dianggap sebagai burung keramat. Ukiran burung temengan yang ditempatkan di sape' diyakini dapat memberikan perlindungan dan rasa aman (Tim Peneliti, 1993:42).
Terdapat sebuah mitos dalam tradisi masyarakat Dayak yang mengisahkan tentang asal-usul sampe atau sape'. Dikisahkan, dulu terdapat sebuah perahu yang memuat beberapa orang mengalami karam karena diterjang arus sungai. Dari semua penumpang yang ikut tenggelam bersama perahu itu, ternyata ada satu orang yang selamat dan terdampar di sebuah pulau kecil yang berada di tengah sungai besar itu. Dalam kondisi antara sadar dan tidak, orang yang selamat itu samar-samar mendengar suara alunan musik petik yang begitu indah. Irama petikan yang terdengar dari dasar sungai tersebut membuat orang itu sadar karena semakin sering dia mendengar suara itu, dia merasa semakin dekat pula dengan sumber suara musik itu berasal. Dari sinilah orang itu kemudian merasa bahwa dia mendapat ilham dari leluhur hingga akhirnya dia bisa pulang ke rumah dengan selamat. Sekembalinya ke rumah, orang itu mencoba membuat alat musik yang telah menolongnya tersebut, dan setelah selesai, dia memainkannya sesuai dengan irama yang didengarnya sewaktu terdampar di pulau. Sejak itulah sampe mulai sering dimainkan dalam upacara - upacara adat atau dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian menjadi alat musik khas suku Dayak yang masih dipertahankan hingga kini (http://kutaihulu.blogspot.com). 
Alat musik petik sampe dibuat dari bahan kayu pilihan, misalnya saja kayu pelantan, kayu adau, kayu marang, kayu tabalok, dan sejenisnya, jenis kayu - kayu itu dipilih konon kayu - kayu dikarenakan cukup kuat, artinya kayu - kayu tersebut diatas adalah jenis kayu - kayu yang tidak mudah pecah, keras, tahan lama dan tidak mudah dirusak atau dimakan binatang - bintang seperti rayap. Dalam aturan yang menjadi pandangan adalah, semakin keras dan semakin banyak kandungan urat daging kayu tersebut, maka suara yang dihasilkan sampe yang dibuat akan semakin baik pula. (sumber : http://kutaihulu.blogspot.com). Sedangkan untuk dawai atau senar sampe atau sape', pada awalnya masih menggunakan tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren, namun sekarang senar sampe atau sape' sering dibuat dari bahan kawat tipis sehingga bunyinya akan terdengar lebih nyaring. (sumber : tim peneliti, 1993:43).
Pemetik sampe atau sape' memainkan lagu hanya dengan berdasarkan feeling atau perasaannya saja sehingga bunyi yang dihasilkan pun akan mengena sesuai dengan perasaan si pemetik. Sampe atau sape' adalah alat musik yang berfungsi untuk menyatakan perasaan, baik perasaan riang gembira, rasa sayang, kerinduan, bahkan rasa duka nestapa. Dahulu, memainkan sampe pada siang hari dan malam hari memiliki perbedaan. Apabila dimainkan pada siang hari, umumnya irama yang dihasilkan sampe menyatakan perasaan gembira dan suka-ria. Sedangkan jika sampe atau sape' dimainkan pada malam hari biasanya akan menghasilkan irama yang bernada sendu, syahdu, atau sedih. Terdapat ungkapan mengenai sampe atau sape' yang termuat dalam Tekuak Lawe, sastra lisan yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam tradisi masyarakat Dayak, khususnya suku Dayak Kanyaan dan Kenyah. Ungkapan yang berbunyi sape’ benutah tulaang to’ awah itu secara harfiah dapat diartikan dengan makna: “Sampe mampu meremukkan tulang-belulang hantu yang bergentayangan”. Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa alat musik sampe mampu membuat orang yang mendengarnya merinding hingga menyentuh tulang atau perasaan. Bagi para tetua adat Dayak di zaman dulu, keyakinan akan kesakralan sampe memang betul bisa dirasakan karena suasana pedesaan dan nuansa adat pada saat itu masih sangat kental (Handoko, dalam Kompas, 4 Februari 2011). 

Hingga kini, kepercayaan akan tuah
 sampe atau sape' masih diyakini oleh para sesepuh Dayak, misalnya ketika sampe atau sape' dimainkan dalam suatu upacara adat. Saat bunyi petikan terdengar, seluruh orang akan terdiam, kemudian terdengar sayup-sayup lantunan doa atau mantra yang dirapalkan bersama-sama. Dalam suasana seperti ini, tidak jarang di antara mereka ada yang kerasukan (trance) roh halus atau roh leluhur (Yusuf Efendi, dalam www.MelayuOnline.com). Sampe atau sape' juga dimainkan pada saat acara pesta rakyat atau gawai padai (ritual syukuran atas hasil panen padi).  Juga dimainkan untuk mengiringi tari-tarian yang lemah gemulai.
Di masa lalu, sampe hanya dimiliki oleh suku Dayak, itupun hanya orang-orang tertentu yang mampu memainkannya. Namun, di masa sekarang, sampe sudah dimainkan oleh suku-suku lainnya yang terdapat di Kalimantan Timur. Di level nasional, sampe juga mulai diperkenalkan melalui berbagai acara budaya atau pesta adat, bahkan tidak hanya yang diselenggarakan di Kalimantan Timur saja , melainkan juga di kota-kota lain. Selain itu, upaya pelestarian sampe juga sudah mulai digalakkan, termasuk diajarkan di sekolah-sekolah atau dalam pelatihan, kursus, dan lainnya. Semua itu dilakukan agar sampe tidak hilang ditelan kemajuan zaman.

BAJU DAYAK

baju dayak terbuat dari bahan-bahan pilihan sehingga tidak mudah untuk memperolehnya.Tentu saja harganya  pun tidak main - main,diperlukan bahan-bahan yang asli, misalkan saja manik-manik harus terbuat dari bahan yang tidak mudah luntur/pudar.selain itu pula kain untuk pembuatan baju nya pun tidak sembarangan,tentu saja untuk memperoleh keaslianya harus terbuat kulit kayu yang telah di olah menjadi kain kepoak yang dibuat secara alami dengan menggunakan alat-alat tradisional.
sangat di sayangkan baju adat saat ini sudah banyak perubahan karena mengikuti perkembangan jaman, dahulu bahanya memakai kain kepoak,sekarang memakai bahan satin ,drill dan brudru.
dahulu hiasanya memakai geriat tapi sekarang telah memakai manik-manik.
Dalam proses pembuatanya sangat memerlukan ketelitian dan kesabaran agar dapat memperoleh hasil yang baik,dan tangan -angan yang ahli pula yang mampu memperoleh asil yang sempurna.

Ramadhan 2013 Coming Soon





RAMADHAN adalah sebuah bulan yang sangat erat dengan telinga setiap muslim, bahkan semenjak kecil ki ta telah dikenalkan dengan Ramadhan, kita semua mengetahui bahwa Ramadhan adalah bulan puasa, namun sangat jarang diantara kita yang mengerti apa arti Ramadhan dan makna yangterkandung dari kata "Ramadhan"itu sendiri.

Ramadhan secara leksikal berarti : membakar, amat panas. Penyebutan bulan Ramadhan -bulan ke-9 pada kalender Hijriah- sesuai dengan kondisi cuaca pada bulan tersebut."

Kita patut bangga menyaksikan semangat beribadah yang timbul saat bulan Ramadhan tiba, namun dalam kebanggaan tersebut kita lebih patut lagi bersedih karena fenomena yang ada adalah seakan-akan masyarakat kita menyembah Ramadhan dan bukan menyembah Tuhannya. Ramadhan, kalau memang kita menyembah Tuhannya Ramadhan maka tidak sepatutnyalah kita bermalas-malasan beribadah di luar bulan Ramadhan tersebut.

Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra : rahmat (rahmat Allah), Mim : maghfirah (ampunan Allah), Dhod : Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai surga), Alif : Amaanun min an nar (terhindar dari neraka) Nun : Nurullahi al Azizi al Hakim al Ghofuuri ar Rahiim (cahaya dari Allah swt yang maha kuasa dan bijaksana, maha pengampun dan pengasih.)

Saat kita telaah makna yang terkandung dalam kata ramadhan tersebut kita akan semakin meyakini bahwa datangnya bulan Ramadhan adalah membawa sebuah keberkahan dari Allah SWT untuk kita sebagai hamba-Nya. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, Artinya : dari Abi Hurairoh RA, bahwasanya nabi Muhammad SAW berkata saat Ramadhan telah tiba: telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, pada bulan tersebut engkau diwajibkan berpuasa dan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan di belenggu, dalam bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa yang tidak mampu mendapatkan kebaikan bulan ramadhan tersebut maka haramlah baginya surga. Riwayat Ahmad, an Nasa'i, dan Baihaqi.

Dari hadits di atas terdapat kaitan yang sangat erat dengan bulan Ramadhan itu sendiri, rahmat dan magfirah adalah dua sisi yang sangat erat bagaikan dua sisi pada uang logam yang tak terpisahkan, disaat Allah SWT menurunkan rahmat-Nya maka maghfirah-Nyapun turun mengiringi, demikian juga sebaliknya. Ketika rahmat Allah SWT yang diiringi oleh maghfirah-Nya ini telah mengalir maka jaminan mendapatkan surga dan terhindar dari neraka telah menanti.

Namun hal ini semua hanya bisa didapat ketika kita bisa mendapatkan Nur Illahi yang maha Agung dan Bijaksana, maha Pengampun dan Pengasih. Jadi rangkaian huruf dari kata Ramadhan ini adalah sebuah pemaparan yang sangat jelas dalam proses perjalanan mendapatkan kebahagiaan.

Seolah Ramadhan membisikkan makna "Rahmat dan Magfirah Allah swt yang pasti berbuah jaminan untuk masuk surga dan terhindar dari api neraka hanya bisa diraih dengan cara mengikuti cahaya bimbingan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : Barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah SWT tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. Alquran : an Nur 40.

Dan cahaya tersebut adalah Alquran yang Cahaya (Allah SWT) turunkan kepada Cahaya (Muhammad saw) di bulan Ramadhan yang penuh cahaya ini.

"Allah SWT berfirman dalam Alquran : artinya "Wahai orang-orang yang beriman telah datang kepada kalian petunjuk dan kami turunkan kepada kalian cahaya (Alquran) yang memberikan penjelasan. Alquran : an Nisa 174"

Kaitan ini sangatlah jelas di paparkan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah haditsnya, Beliau bersabda : artinya " Alquran dan puasa memberikan syafaat kepada hamba yang berpuasa pada hari kiamat, puasa berkata, wahai Tuhan, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat maka jadikanlah aku syafaat baginya, dan Alquran berkata, wahai Tuhan aku mengakibatkanya tidak tidur waktu malam maka jadikanlah aku syafaat baginya maka keduanya menjadi syafaat.Riwayat Ahmad, Tibrani, Hakim berkata Shohih dalam kategori imam Muslim.

Mari kita isi Ramadhan ini dengan mencintai Alquran yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman, di kagumi para ilmuwan, disambut gembira para cendikiawan,, orientalis murni tunduk penuh kekaguman, diterima setiap lapisan dan membacanya tak akan bosan, membaca, mempelajari, menelaah, dan mengaflikasikannya adalah sebuah amal kebajikan.

Dengan kecintaan ini kita harapkan bisa meraih nilai plus dari bulan Ramadhan ini yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, artinya "barang siapa berpuasa Ramadhan disertai keimanan dan dan "ihtisaban (karena Allah dan hanya mengharap pahala dari-Nya) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. al hadits riwayat Bukhori, Muslim, Tirmizie dan Nasa'i.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Beliau bersabda, artinya : barang siapa "qiyam" melaksanakan Ibadah, sholat dll) dalam bulan Ramadhan disertai keimanan dan "ihtisaban (karena Allah SWT dan hanya mengharap pahala dari-Nya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Al Hadits diriwayat Bukhori dan Muslim.

Shiyam dan Qiyam menghantarkan kita menggapai nilai plus tersebut hingga kita bisa keluar dari bulan yang penuh berkah ini dengan predikat diampuni.

Ramadhan yang penuh berkah ini bukanlah sebuah pemberian gratis dari Allah SWT, justru sebaliknya adalah sebuah hutang yang kita pinjam dengan jaminan yang sangat mahal, yaitu berkurangnya umur sebanyak satu tahun.

Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.